Minggu, 11 Oktober 2015

tatalaksana terapi DM tipe 2



A.           Non Farmakologi
1.             Nutrisi Medis
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu makanan yang seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing individu, dengan memperhatikan jenis dan jumlah makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20%, Natrium kurang dari 3 g, dan diet cukup serat sekitar 25 g/hari (PERKENI, 2011). Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes. Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang berlebih (Depkes RI, 2005).
2.             Latihan Jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing selama kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat aerobik seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan berenang. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitifitas insulin (PERKENI, 2011). Latihan aerobik dapat meningkatkan resistensi insulin dan kontrol glikemik pada kebanyakan pasien serta dapat mengurangi faktor risiko kardiovaskular, berkontribusi terhadap penurunan berat badan atau pemeliharaan, dan meningkatkan kesejahteraan. Pasien yang lebih tua dan orang-orang dengan penyakit aterosklerosis harus memiliki evaluasi kardiovaskular sebelum memulai program latihan yang cukup besar (Wells et al., 2009).

B.            Farmakologi
Penatalaksanaan terapi obat dilakukan apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita. Terapi farmakologis diberikan bersamaan dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan. Terapi farmakologi dapat dilakukan dengan pemberian obat hipoglikemik oral, terapi insulin atau kombinasi keduanya. (Depkes RI, 2005; PERKENI, 2011). Obat yang saat ini ada antara lain:
1.             Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien DM Tipe II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes. Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan dan penentuan rejimen hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Depkes RI, 2005). Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
A.  Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin).
B.  Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif.
C.  Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α-glukosidase yang bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk mengendalikan hiperglikemia post-prandial (post-meal hyperglycemia). Disebut juga “starch-blocker”.
(Depkes RI, 2005).
Pada tabel 2.1 dapat dilihat beberapa golongan senyawa hipoglikemik oral beserta mekanisme kerjanya.
Tabel 2.1. Penggolongan obat hipoglikemik oral (Depkes RI, 2005).
Golongan
Contoh Senyawa
Mekanisme Kerja
Sulfonilurea


Gliburida/Glibenklamida
Glipizida
Glikazida
Glimepirida
Glikuidon
Merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas, sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang sel-sel β pankreasnya masih berfungsi dengan baik
Meglitinida
Repaglinide
Merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas.
Turunan
Fenilalanin
Neteglinide

Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh pankreas.
Biguanida
Metfomin
Bekerja langsung pada hati (hepar), menurunkan produksi glukosa hati
Tidak merangsang sekresi insulin oleh kelenjar pankreas.
Tiazolidindion
Rosiglitazone
Troglitazone
Pioglitazone
Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin. Berikatan dengan PPARγ (Peroxisome proliferator activated receptor-gamma) di otot, jaringan lemak dan hati untuk menurunkan resistensi insulin.
Inhibitor
α-glukosidase
Acarbose
Miglitol
Menghambat kerja enzim-enzim pencernaan yang mencerna karbohidrat sehingga memperlambat absorpsi glukosa ke dalam darah.
Analog dan Agonis Glucagon-Like Peptide (GLP)
Exenatide
Meningkatkan sekresi insulin dan mengurangi produksi glukosa hepatik.
Mengurangi nafsu makan dan memperlambat pengosongan lambung yang dapat mengurangi asupan kalori dan menyebabkan penurunan berat badan.

2.             Terapi Kombinasi
Kombinasi yang umum adalah antara golongan sulfonilurea dengan biguanida. Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja efektif. Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap sensitivitas reseptor insulin, sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek saling menunjang. Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri (Depkes RI, 2005). Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO dengan insulin (PERKENI, 2011).
3.             Insulin
Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian metabolisme. Insulin yang disekresikan oleh sel-sel β pankreas akan langsung diinfusikan ke dalam hati melalui vena porta, yang kemudian akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transport glukosa dari darah ke dalam sel (Depkes RI, 2005). Insulin diperlukan pada keadaan:
1)        Penurunan berat badan yang cepat
2)        Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3)        Ketoasidosis diabetik
4)        Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
5)        Hiperglikemia dengan asidosis laktat
6)        Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
7)        Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, stroke)
8)        Kehamilan dengan DM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan
9)        Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
10)    Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
(PERKENI, 2011).
Jenis sediaan insulin dan farmakokinetik insulin yang diberikan secara subkutan dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Farmakokinetik insulin yang diberikan secara subkutan (Wells et al., 2009).
Jenis sediaan Insulin
Contoh Sediaan
Mula kerja
(jam)
Puncak
(jam)
Masa kerja
(jam)
Masa kerja cepat (Rapid-acting)
Aspart, Lispro, Glulisine
0,25-0,5
1-2
3-5
Masa kerja singkat (Short-acting)
Humulin R, Novolin R
0,5-1
2-3
3-6
Masa kerja sedang (Intermediate-acting)
Humulin N, Novolin N
2-4
4-6
8-12
Masa kerja panjang (Long-acting)
Glargine
4-5
-
22-24

Berikut merupakan algoritma terapi untuk Diebetes Melitus Tipe II:
Gambar 1. Skema Algoritma Terapi Diabetes Melitus tipe 2 untuk Anak-anak dan Orang Dewasa (Wells et al., 2009).