A.
Non
Farmakologi
1.
Nutrisi Medis
Prinsip
pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu makanan yang seimbang, sesuai dengan
kebutuhan kalori masing-masing individu, dengan memperhatikan jenis dan jumlah
makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%,
lemak 20%-25%, protein 10%-20%, Natrium kurang dari 3 g, dan diet cukup serat
sekitar 25 g/hari (PERKENI, 2011). Masukan serat sangat penting bagi penderita
diabetes. Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak, makanan berserat
yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar
yang kerap dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang berlebih
(Depkes RI, 2005).
2.
Latihan Jasmani
Latihan
jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing selama kurang lebih 30
menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat aerobik seperti berjalan
santai, jogging, bersepeda dan berenang. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran
juga dapat menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitifitas insulin
(PERKENI, 2011). Latihan aerobik dapat meningkatkan resistensi insulin dan
kontrol glikemik pada kebanyakan pasien serta dapat mengurangi faktor risiko
kardiovaskular, berkontribusi terhadap penurunan berat badan atau pemeliharaan,
dan meningkatkan kesejahteraan. Pasien yang lebih tua dan orang-orang dengan
penyakit aterosklerosis harus memiliki evaluasi kardiovaskular sebelum memulai
program latihan yang cukup besar (Wells et
al., 2009).
B.
Farmakologi
Penatalaksanaan terapi obat
dilakukan apabila penatalaksanaan terapi tanpa
obat belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita. Terapi
farmakologis diberikan bersamaan dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi
farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan. Terapi farmakologi dapat dilakukan dengan pemberian obat
hipoglikemik oral, terapi insulin atau kombinasi keduanya. (Depkes RI, 2005; PERKENI,
2011).
Obat yang saat ini ada antara lain:
1.
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Obat-obat
hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien DM Tipe
II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan
terapi diabetes. Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien,
farmakoterapi hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis
obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan dan penentuan rejimen
hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes
(tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk
penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Depkes RI, 2005). Berdasarkan
mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral dapat dibagi menjadi 3
golongan, yaitu:
A. Obat-obat
yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat hipoglikemik oral golongan
sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin).
B. Sensitiser
insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin),
meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan tiazolidindion, yang
dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif.
C. Inhibitor
katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α-glukosidase yang bekerja
menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk mengendalikan
hiperglikemia post-prandial (post-meal
hyperglycemia). Disebut juga “starch-blocker”.
(Depkes RI, 2005).
Pada
tabel 2.1 dapat dilihat beberapa golongan senyawa hipoglikemik oral beserta mekanisme
kerjanya.
Tabel 2.1. Penggolongan
obat hipoglikemik oral (Depkes RI, 2005).
Golongan
|
Contoh
Senyawa
|
Mekanisme
Kerja
|
Sulfonilurea
|
Gliburida/Glibenklamida
Glipizida
Glikazida
Glimepirida
Glikuidon
|
Merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas,
sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang sel-sel β pankreasnya
masih berfungsi dengan baik
|
Meglitinida
|
Repaglinide
|
Merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas.
|
Turunan
Fenilalanin
|
Neteglinide
|
Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh
pankreas.
|
Biguanida
|
Metfomin
|
Bekerja langsung pada hati (hepar),
menurunkan produksi glukosa hati
Tidak merangsang sekresi insulin oleh
kelenjar pankreas.
|
Tiazolidindion
|
Rosiglitazone
Troglitazone
Pioglitazone
|
Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap
insulin. Berikatan dengan PPARγ (Peroxisome proliferator activated
receptor-gamma) di otot, jaringan lemak dan hati untuk menurunkan resistensi
insulin.
|
Inhibitor
α-glukosidase
|
Acarbose
Miglitol
|
Menghambat kerja enzim-enzim pencernaan yang
mencerna karbohidrat sehingga memperlambat absorpsi glukosa ke dalam darah.
|
Analog dan Agonis Glucagon-Like
Peptide (GLP)
|
Exenatide
|
Meningkatkan sekresi insulin dan mengurangi
produksi glukosa hepatik.
Mengurangi nafsu makan dan memperlambat
pengosongan lambung yang dapat mengurangi asupan kalori dan menyebabkan
penurunan berat badan.
|
2.
Terapi Kombinasi
Kombinasi
yang umum adalah antara golongan sulfonilurea dengan biguanida. Sulfonilurea
akan mengawali dengan merangsang sekresi pankreas yang memberikan kesempatan
untuk senyawa biguanida bekerja efektif. Kedua golongan obat hipoglikemik oral
ini memiliki efek terhadap sensitivitas reseptor insulin, sehingga kombinasi
keduanya mempunyai efek saling menunjang. Pengalaman menunjukkan bahwa
kombinasi kedua golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang
sebelumnya tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri (Depkes RI, 2005). Bila
sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga
OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO dengan insulin (PERKENI, 2011).
3.
Insulin
Insulin mempunyai peran
yang sangat penting dan luas dalam pengendalian metabolisme. Insulin yang
disekresikan oleh sel-sel β pankreas akan langsung diinfusikan ke dalam hati melalui
vena porta, yang kemudian akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu
transport glukosa dari darah ke dalam sel (Depkes RI, 2005). Insulin diperlukan
pada keadaan:
1)
Penurunan berat badan yang cepat
2)
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3)
Ketoasidosis diabetik
4)
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
5)
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
6)
Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
7)
Stres berat (infeksi sistemik, operasi
besar, stroke)
8)
Kehamilan dengan DM gestasional yang
tidak terkendali dengan perencanaan makan
9)
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang
berat
10) Kontraindikasi
dan atau alergi terhadap OHO
(PERKENI, 2011).
Jenis sediaan insulin dan farmakokinetik
insulin yang diberikan secara subkutan dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Farmakokinetik insulin
yang diberikan secara subkutan (Wells et
al., 2009).
Jenis sediaan Insulin
|
Contoh Sediaan
|
Mula kerja
(jam)
|
Puncak
(jam)
|
Masa kerja
(jam)
|
Masa kerja cepat (Rapid-acting)
|
Aspart, Lispro, Glulisine
|
0,25-0,5
|
1-2
|
3-5
|
Masa kerja singkat (Short-acting)
|
Humulin R, Novolin R
|
0,5-1
|
2-3
|
3-6
|
Masa kerja sedang (Intermediate-acting)
|
Humulin N, Novolin N
|
2-4
|
4-6
|
8-12
|
Masa kerja panjang (Long-acting)
|
Glargine
|
4-5
|
-
|
22-24
|